OLEH: ROMO KYAI SHOLEH BAHRUDDIN
DISMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR KEBANGSAAN, SEMINAR PLURAL, MULTIKULTURAL DAN SEMINAR KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA.
22 MEI 2010
DI UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
- Kepada Yth. Ibu Nyai Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid
- Kepada Yth. Bapak Gubernur atau yang mewakili beserta para pejabat pemerintah Propinsi Jawa Timur
- Kepada Yth. Bapak KAPOLDA Propinsi Jawa Timur
- Kepada Yth. Bapak PANGDAM 5 Brawijaya
- Kepada Yth. Bapak Komandan Korem 083/Baladika Jaya
- Kepada Yth. Bapak Ketua Umum Pengurus Besar NU
- Kepada Yth. Para Pemuka Agama dari FKUB, PHDI, MBI, Keuskupan, BAMAG, dan KOMDA MATAKIN Propinsi Jawa Timur
- Kepada Yth. Rois Am Jam’iyah Ahlith Thariqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah, Habib Muhammad Luthfiy Ali bin Yahya
- Kepada Yth. Bapak Ketua Pusat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia atau PITI dan bapak Ketua PITI Wilayah Jawa Timur
- Kepada Yth. Bapak Bupati beserta seluruh jajaran Muspida kabupaten Pasuruan
- Kepada Yth. Seluruh jajaran Muspika kecamatan Purwosari
- Kepada Yth. Para Narasumber, para Rektor dan para Dokter spesialis rohani dari masing-masing agama, baik pusat maupun daerah
- Dan para hadirin yang kami muliakan.
Assalmu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Selamat pagi, salam kebangsaan dan salam sejahtera bagi kita semua.
Kami mengucapkan beri-ribu terima kasih kepada para pejabat aparatur Negara, para Ulama’, para Romo, para Pendeta, para Biksu, para Haksu, para Suhu, tokoh-tokoh agama dan seluruh tokoh masyarakat yang berkenan hadir di tempat yang sangat sederhana ini dalam rangka silaturrohim dan seminar kebangsaan yang berlandaskan PANCASILA dan UUD 45 yang diikuti oleh para tokoh agama, sebagai Dokter Spesialis Rohani dan Kontraktor pembangunan budi luhur.
Kami yakin masih banyak pekerjaan yang beliau-beliau kerjakan, tetapi beliau semua masih menyempatkan dan mementingkan hadir, berkumpul di sini. Tidak ada maksud lain, hanya untuk mencari Ridho Yang Maha Kuasa, demi keutuhan Bangsa dan NKRI yang berasaskan PANCASILA dan UNDANG-UNDANG DASAR 1945.
Kami sangat bangga karena masih banyak tokoh masyarakat, politisi dan penguasa yang berwawasan kebangsaan dan berideologi Pancasila, tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya dan agama, sehingga tugas Dokter Spesialis Rohani dan Kontraktor pembangunan akhlak mulya agak enteng, demi menjaga keutuhan bangsa dan NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 45.
Para hadirin yang kami hormati
Pada zaman Rasulullah dan sahabat Abu Bakar As-Shiddiq, sahabat Umar bin Khattab, sahabat Utsman bin Affan dan sahabat Ali bin Abi Thalib, beliau semua itu adalah kepala Negara dan asas Negara yang dipimpin oleh beliau semuanya adalah bukan Negara Islam, terbukti dengan adanya Piagam Madinah sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam kitab Siratun Nabawiyah Lii Ibni Hisyam juz 3 halaman 31 s/d 35, dan masih banyak lagi kitab-kitab lain yang menerangkan tentang Piagam Madinah dan sistem kenegaraan demokrasi tersebut.
Kami sebagai warga Negara Indonesia sangat manteb, marem dan legowo Negara kita berasaskan PANCASILA dan UNDANG-UNDANG DASAR 1945.
Dan kami berterima kasih kepada pemerintah, khususnya POLRI dan TNI, dengan kerja kerasnya, dengan sikap tegas, beliau semua melakukan amanah dan tugas yang sangat berat tanpa mengeluh, sehingga hasilnya semua masyarakat Indonesia bisa merasakan hidup damai, aman dan nyaman.
Semoga POLRI dan TNI diberi kekuatan dhohir dan batin oleh Yang Maha Kuasa. Demikian juga semua pejabat aparatur Negara dan para pemuka agama.
Hadirin yang mulia
Perlu kami tegaskan, bahwa di sini tidak ada istilah minoritas atau mayoritas, yang ada hanya pluralitas, dan tidak ada istilah perbedaan, yang ada hanya kebersamaan, “Demi Utuhnya Bangsa dan NKRI”. Oleh karena itu, wajar apabila masing-masing pemeluk agama menginginkan dapat beribadah di tempatnya masing-masing dengan aman dan nyaman.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, kami ingin mengajak hadirin untuk sedikit mengenang almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Almarhum Gus Dur semasa hidupnya banyak memberi panutan dan contoh yang perlu ditauladani. Gus Dur pergi meninggalkan banyak pelajaran bagi bangsa Indonesia. Presiden RI yang ke-empat ini begitu mencintai semua kelompok, tidak membedakan antara suku, ras, serta dapat menjaga kerukunan antar umat beragama. Fakta itulah yang membuat Gus Dur layak dianugrahi sebagai Guru Bangsa.
Gus Dur adalah sosok yang tidak hanya disegani oleh kawan-kawannya tetapi beliau juga disegani oleh lawan-lawan politiknya. Gus Dur tidak pernah dendam kepada siapapun, sikap persaudaraan yang sangat besar selalu beliau kedepankan. Kita bisa saksikan saat di rumah persemayaman di Ciganjur maupun Tebuireng, pelayat berdatangan dari tokoh-tokoh bangsa berbagai latar belakang bahkan banyak yang saling berseberangan secara politik.
Saat itulah bisa kita buktikan betapa Gus Dur telah berhasil menyatukan semua anak bangsa dari berbagai macam latar belakang. Kini Gus Dur telah tiada, tapi pikiran, ide, gagasan dan tauladan beliau akan selalu hidup bersama para Gus Dur- Gus Dur yang sedang hadir dalam acara kali ini.
Oleh karena itu, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kami kepada almarhum Gus Dur, kami mohon kepada Yth. Ibu Nyai Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid berkenan memberikan kata sambutan sekaligus membuka acara Seminar Kebangsaan dan Gebyar Budaya Umat beragama ini.
Tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada para dermawan dan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil demi terselenggaranya kegiatan ini.
Akhirnya, kami mewakili semua panitia dari enam agama yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu, mohon maaf dan terima kasih.
Sekian,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera dan Salam Kebangsaan…
Referensi: Mutiara Nasihat Romo KH. Sholeh Bahruddin Untuk Santri-Santrinya, Hal: 99-103, Penulis: Ahmad Muhtadin, S.Psi
0 comments:
Posting Komentar